Mati Lampu
🌷Mati Lampu🌷 #tantangan170
Bicara tentang listrik.., jadi ingat waktu kecil dulu. Di rumahku, listrik baru kukenal ketika aku SD. Itu pun dengan menyewa di juragan sawah. Pak Karsi namanya. Mengapa disebut juragan sawah.., karena sawahnya ada di mana-mana. Tidak hanya ada di desaku saja, tapi bisa sampai di desa Sekarputih, Cangkringan, bahkan Jatirejo. Pokoknya dia orang terkaya di desaku.
Untuk bisa membantu tetangganya menggunakan listrik, Pak Karsi tinggal memasang kabel di setiap atap rumah warga yang menyewa. Kalau nggak menyewa ya nggak akan ada listrik.
Bapak dan ibuku menyewa cukup banyak. Waktu itu aku belum paham sistem persewaannya. Dihitung dengan jumlah lampu yang dinyalakan, jumlah watt yang dibutuhkan, atau jumlah jam penggunaan. Seingatku waktu itu rumahku baru bisa terang setiap jam 6 sore.
Sebelum jam 6 sore, kami masih menggunakan lampu teplok di setiap kamar, sedangkan untuk ruang tamu dan ruang keluarga menggunakan lampu petromak. Aku yang kebagian ngisi lampu-lampu itu dengan minyak tanah.
Kalau suasana sore sudah agak gelap tetapi belum menunjukkan jam 6, kami harus menyalakan lampu-lampu yang sudah kuisi dengan minyak tanah itu. Pernah sekali aku dimarah bapakku karena aku lupa ngisi minyak tanah, sehingga lampu-lampu itu belum bisa dinyalakan. Waktu itu pulangku main kesorean. Jadilah aku kena omelan seisi rumah.. hehe
Kalau jam sudah menunjukkan pukul.6 sore, listrik akan menyala. Sementara lampu-lampu teplok dan petromak bisa dimatikan sesaat.
Kami bisa nonton TV dengan merk "Sharp", berkaki empat, ada pintu geser buka tutup, berwarna hitam putih. Tombol chanel berbentuk bulat, ada angka di sekelilingnya. Kita bisa memutar tombol itu sesuai dengan keinginan kita ingin menonton TV mana. Tapi karena waktu itu hanya ada TVRI, ya sudah, itu chanel TV satu-satunya. Dan rasanya aku belum pernah memindah atau memilih chanel TV. Selain nggak bisa juga karena takut dimarah bapakku.. hihihiii
Sebelum nyalur listrik ke Pak Karsi, kita nonton tv dengan aki. Seminggu sekali harus disetrumkan, istilahnya dulu di-sterek, karena dayanya habis. Tempat nyeterek aki biasanya di belakang kantor kabupaten. Satu aki bisa sampai lima hari sampai seminggu.
Apalagi dulu ada tayangan ketoprak Mataram kesukaan para tetangga. Oh ya, di desaku yang punya TV waktu itu hanya di rumahku. Satu-satunya. Hehe... Biasanya jadwal ketoprak Mataram hari Rabu malam setelah siaran berita jam 19.00. Rumahku jadi kayak gedung film. Penontonnya penuh, berjubel, bahkan hingga ke jalan desa.. hehe
Dan kalau hari minggu, yang ditunggu-tunggu adalah tayangan serial si Unyil dan siangnya film kesukaan kita semua. The little house on the prairie... Wih..! Rumahku betul-betul seperti gedung bioskop..
Seberapa asyiknya kita nonton TV atau menikmati terangnya listrik, setiap jam 12 malam listrik harus padam. Begitu kesepakatan yang dibuat Pak Karsi dengan seluruh warga desa. Setelah listrik padam itulah, kita kembali bisa menyalakan lampu teplok di kamar masing-masing.
Biasanya itu tugas bapakku untuk menyalakan lampu teplok di kamar kami. Karena jam 12 malam bagi kami sudah tak sanggup lagi untuk melek..
Begitu terus kejadian berulang sampai sekitar tahun ketiga aku SMA. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan lampu mati, padam, bahkan gelap. Tugasku pun belum tergantikan yaitu mengisi tabung lampu-lampu teplok dan lampu petromak dengan minyak tanah hingga sekarang.. haha
Baru sekitar tahun 1988, aku naik ke kelas 3 SMA, PLN masuk ke desaku. Lega lah kami semua. Tak perlu capek-capek ngisi minyak tanah.. hihihiii
Itulah sekelumit ceritaku tentang listrik di waktu kecil. Dari cerita itu aku pun bisa mengajarkan kepada anak-anakku untuk bersikap hemat dan mengutamakan tanggung jawab. Semoga bermanfaat.#
#Nganjuk120720
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masa kecil kita sering kegelaspan ya buuu. Tapi semangat tuk maju sangat terang waktu itu. Sukses selalu bu
Itulah gambaran kehidupan, Bunda. Dari gelap ke terang. Dari terang nanti akan gelap lagi. Semoga kita selalu siap menghadapi setiap perubahan. Terima kasih Bunda..
Lampu teplok menandai salah satu bagian dari episode kehidupan yang pernah kita jalani. Cahayanya yang sederhana pernah mengantarkan kita menikmati malam-malam yang syahdu.
Benar sekali Cikgu. Pergeseran dan perubahan itu ikut mewarnai perjalanan hidup kita. Terima kasih Cikgu.
Keren,
Terima kasih Bu
Kisahnya selalu menarik...keren bunda..barakallah
Terima kasih apresiasinya Pak. Belum bisa membuat yg glodaagg, saya .. hehe
Masa kecil yang luar biasa dalam kisah hidup dengan segala keterbatasan...ingat. lampu teplok, besuk pagi, hidung jadi hitam he..he..
Iya Pak, terkena langesnya.. hehe. Salam hormat saya Pak.
Wah seru bunda. Pengalaman yang sangat sulit ntuk dilupakan..
Masa kecil, Uni. Selalu indah utk diceritakan kembali..
Mantap tulisan nya
Terima kasih Bunda cantik
Tulisan yang membuatku terharu. Trmksh atas berbagi tulisan. Salam hangat selalu
Terima kasih Pak.., salam hangat kembali
Pergeseran waktu, lambat laun akan mewarnai perjalanan kita..semua berproses. Keren artikelnya bunda, salam sukses.
Terima kasih Pak. Sukses juga buat njenengan.
Hobi nonton little house nya sama bu...kerwn tuliaannya , pesan moralnya nyampe
Iya Bu, terima kasih.
Pengalaman yang sama Bunda...
Hehe.. terima kasih Bunda
Keren bu. Jadi ingat masa kecil.....salam
Terima kasih Bu
Hehehe jadi ingat juga masa kecilku... nonton TV hitam putih...TVnya pakai pintu bergeser dan berkaki 4.... Keren ceritanya bun...moga sukses selalu
Terima kasih apresiasinya Bunda cantik..
Saya punya kisahnya juga bu..hehe.keren ceritanya
Hehe... Terima kasih Bunda
Keren Bunda,ingat waktu kecil dulu,tv hitam putih.lampu teplok yg gak brtutup. kadang terbangun hidung kaya kucing hitam haha
Hehehe.. iya Bu kena asap lampu
Pesan moral yang aduhai
Terima kasih Bunda